Isi Artikel Utama

Abstrak

Pengawasan mutu produk fitofarmaka menjadi prioritas karena telah masuk dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pengawasan dilakukan melalui penetapan kadar senyawa aktif dalam produk. Saat ini, metode yang tersedia meliputi pengujian senyawa aktif dalam simplisia atau ekstrak tanaman, dan belum ada untuk produk jadi. Produk fitofarmaka kelas terapi sistem kardiovaskular mempunyai komposisi ekstrak Apii graveolentis herba dan Orthosiphonis staminei folium. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis yang bersifat selektif, akurat, dan andal untuk penetapan kadar sinensetin dalam produk mengandung ekstrak Apii graveolentis herba secara KLT dan apigenin dalam produk mengandung ekstrak Orthosiphonis staminei folium secara LC-MS/MS. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode tersebut valid dan terpercaya dengan nilai linieritas, presisi, dan akurasi yang memenuhi syarat. Linieritas sinensetin dan apigenin mempunyai nilai koefisien korelasi berturut-turut 0,9972 dan 0,9995, serta nilai deviasi residual (Vx0) 4,0% dan 1,7%. Keberulangan metode sangat baik, ditunjukkan dengan kecilnya nilai presisi yang diperoleh. Presisi sinensetin pada konsentrasi 91,83; 310,33; dan 586,68 µg/g berturut-turut 1,11; 0,61; dan 1,50%, sedangkan presisi apigenin pada konsentrasi 5; 15; dan 25 µg/g berturut-turut 5,82; 4,36; dan 2,32%. Akurasi sinensetin pada konsentrasi 100,24; 300,72; dan 601,44 µg/g berturut-turut 90,8 - 92,7%; 102,5 - 103,7%; dan 96,5 - 99,2 %, sedangkan akurasi apigenin pada konsentrasi 5; 15; dan 25 µg/g berturut-turut 81,58 - 91,57%; 86,71 - 93,76%; dan 89,12 - 93,31 %. Kedua metode tersebut bersifat sensitif dengan nilai batas kuantitasi (LoQ) sinensetin dan apigenin 3,34 ng/g dan 6,67 µg/g. Metode terbukti dapat digunakan untuk menetapkan kadar sinensetin dan apigenin dalam produk fitofarmaka kelas terapi sistem kardiovaskular.

Kata Kunci

apigenin marker compounds phytopharmaceutical product sinensetin apigenin produk fitofarmaka senyawa penanda sinensetin

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Kurniawati, F., Risma Uli, A., & Bodrorini, . N. (2024). Pengujian Senyawa Marker Sebagai Kontrol Kualitas Produk Fitofarmaka: Studi Kasus Pada Produk Fitofarmaka Kelas Terapi Kardiovaskular. Eruditio : Indonesia Journal of Food and Drug Safety, 4(1), 51–62. https://doi.org/10.54384/eruditio.v4i1.185

Referensi

  1. Ambrin, G., Ali, H. M., & Ahmad, A. (2020). Metabolic regulation analysis of ajmalicine biosynthesis pathway in Catharanthus roseus (L.) G. Don suspension culture using nanosensor. Processes, 8(5), 1–12. https://doi.org/10.3390/PR8050589
  2. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2020). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat Dan Makanan Tahun 2020-2024. Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 88, 1–155.
  3. BPOM RI. (2004). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.
  4. BPOM RI. (2019). Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional. Bpom RI, 32, 37.
  5. Control, Q., & Medicines, H. (2022). Validated Spectroscopic and Chromatographic Techniques for Quality. 13(12), 4857–4864. https://doi.org/10.13040/IJPSR.0975-8232.13(12).4857-64
  6. Ismail. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Memilih Obat Tradisional di Gampong Lam Ujong. Idea Nursing Journal, VI(1), 7–14.
  7. Jewell, K. S., Kunkel, U., Ehlig, B., Thron, F., Schlüsener, M., Dietrich, C., Wick, A., & Ternes, T. A. (2020). Comparing mass, retention time and tandem mass spectra as criteria for the automated screening of small molecules in aqueous environmental samples analyzed by liquid chromatography/quadrupole time-of-flight tandem mass spectrometry. Rapid Communications in Mass Spectrometry, 34(1), 1–9. https://doi.org/10.1002/rcm.8541
  8. Karaźniewicz-Łada, M., Wójtowski, J. A., Główka, F., Danków, R., Pikul, J., Gryszczyńska, A., Foksowicz-Flaczyk, J., & Mikołajczak, P. Ł. (2023). Application of UPLC-MS/MS Method for Analysis of Apigenin, Apigenin 7-Glucoside and Chlorogenic Acid in Goat Serum. Chromatographia, 86(5), 401–411. https://doi.org/10.1007/s10337-023-04250-7
  9. Kartini, K., Putri, R. E., & Budiono, R. (2023). Quantification of sinensetin in Orthosiphon stamineus from various phytogeographical zones in Indonesia. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 13(3), 183–191. https://doi.org/10.7324/JAPS.2023.80035
  10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia (II).
  11. Kementerian Kesehatan RI. (2022). Formularium Fitofarmaka.
  12. Lu, S., Tran, B. N., Nelsen, J. L., & Aldous, K. M. (2009). Quantitative analysis of mitragynine in human urine by high performance liquid chromatography-tandem mass spectrometry. Journal of Chromatography B: Analytical Technologies in the Biomedical and Life Sciences, 877(24), 2499–2505. https://doi.org/10.1016/j.jchromb.2009.06.024
  13. Miller, J. M., & Crowther, J. B. (2000). Analytical chemistry in a GMP environment: a practical guide.
  14. Muhamad, S. (2023). Kemenkes dorong penggunaan fitofarmaka ditanggung BPJS Kesehatan. Antara. https://www.antaranews.com/berita/3759291/kemenkes-dorong-penggunaan-fitofarmaka-ditanggung-bpjs-kesehatan
  15. Nooreen, Z., Rai, V. K., & Yadav, N. P. (2018). Phytopharmaceuticals: A new class of drug in India. Annals of Phytomedicine: An International Journal, 7(1). https://doi.org/10.21276/ap.2018.7.1.4
  16. Panchal, H., & Shah, M. (2017). Development of Simultaneous LC – MS / MS Method for the Quantitation of Apigenin, Luteolin and Quercetin in Achillea millefolium Extract. Der Pharmacia Lettre, 9(12), 72–86.
  17. Pramono, E. S. (2004). Isolasi identifikasi dan standarisasi sinensetin sebagai parameter pada ekstrak daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus, Benth.). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  18. Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional. (2023a). Identifikasi dan Penetapan Kadar Apigenin dalam Produk Fitofarmaka secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Tandem Spektrometri Massa.
  19. Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional. (2023b). Identifikasi dan Penetapan Kadar Sinensetin dalam Produk Fitofarmaka secara Kromatografi Lapis Tipis-Spektrofotodensitometri.
  20. Saidan, N. H., Hamil, M. S. R., Memon, A. H., Abdelbari, M. M., Hamdan, M. R., Mohd, K. S., Majid, A. M. S. A., & Ismail, Z. (2015). Selected metabolites profiling of Orthosiphon stamineus Benth leaves extracts combined with chemometrics analysis and correlation with biological activities. BMC Complementary and Alternative Medicine, 15(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s12906-015-0884-0
  21. Shakeel, F., Alshehri, S., Ibrahim, M. A., Elzayat, E. M., Altamimi, M. A., Mohsin, K., Alanazi, F. K., & Alsarra, I. A. (2017). Solubility and thermodynamic parameters of apigenin in different neat solvents at different temperatures. Journal of Molecular Liquids, 234, 73–80. https://doi.org/10.1016/j.molliq.2017.03.057
  22. Wieling, J. (2002). LC-MS-MS experiences with internal standards. Chromatographia, 55(SUPPL.). https://doi.org/10.1007/bf02493365
  23. Xu, Q. A., & Madden, T. L. (2012). LC-MS in drug bioanalysis. In LC-MS in Drug Bioanalysis (Vol. 9781461438). https://doi.org/10.1007/978-1-4614-3828-1
  24. Yuwono, M., & Indrayanto, G. (2005). Validation of Chromatographic Methods of Analysis. Profiles of Drug Substances, Excipients and Related Methodology, 32(05), 241–260. https://doi.org/10.1016/S0099-5428(05)32009-0